Sunday, February 5, 2012

Joan Loves.... her trip to Manado (5) : Kapel Bunda Maria, Bukit DoaMahawu,Tomohon

Saking excitednya ngepost Danau Linow,gue hampir lupa untuk ngepost tempat ini. Ini juga salah satu highlight Manado trip gue.


Dari luar emang terlihat biasa aja.


But,you'll feel different when you're inside.

Dasar, mahasiswa interior stress. Enggak bisa ngelihat interior lucu,tanpa sadar mulai aktif deh pengantar arsitektur mode-nya. Berikut adalah beberapa analisis seadanya yang otak gue lakukan secara enggak sopan (liburan kok mikirnya sok pinter,jo???)

Sesuai dengan visinya, “Balance of Nature and Spirit”,gue bisa merasakan keseimbangan antara bangunan,jiwa, dan alam.

1)Hal yang paling terasa adalah penggunaan material interiornya yang menimbulkan kesan alam. Pintu masuknya sendiri dibiarkan tidak difinidh dengan keramik, dibiarkan tetap berbentuk semen. Kemudian material bangunan didominasi dengan kayu sebagai rangka plafon,plafon ,dinding dan furniture. Kemudian untuk lantainya menggunakan keramik batu berwarna abu-abu.

2)feeling inside-out  yang didapatkan. Kalau kata fotocopyan semester awal, perasaan inside-out itu adalah ketika kita berada di dalam,tetapi juga kita tetap merasa menjadi bagian dari outside. Jadi meskipun kita berada di dalam kapel, kita tetap merasa menjadi satu bagian dengan alam di luar. Kok bisa? Kalau menurut gue, ini karena penggunaan material kaca di bagian mimbar. Facade kaca dari lantai ke plafon menghadirkan pemandangan dari keindahan Manado. Ketika pemandangan alam yang indah menjadi background saat kita menghadap ke mimbar, tentunya akan  menimbulkan kesan damai dan kesejukan yang dapat memaksimalkan keteduhan saat beribadah. :)


3) Rangka plafonnya yang membuat kesan keseluruhan ruangan jadi  melingkar.Kenapa? Karena menurut gue bentuk yang alami itu bisa ditunjukkan dengan bentuk yang tidak bersudut.

4) Sirkulasi jemaat  dari pintu masuk menuju kursi . Jalan menuju  kursi jemaat yang menurun ke bawah sampai yang terdekat dengan mimbar tidak menggunakan tangga, melainkan menggunakan ramp. Selain memudahkan  manula dan orang cacat untuk mencapat tempat duduk, mungkin arsiteknya juga ingin memakai transisi yang lembut saat orang berjalan. Menurut gue sih kalau berjalan di tangga kan pasti tubuh kita agak terhentak-hentak. Sebaliknya, kalau mengunakan ramp sih, jalannya terasa lebih smooth  aja,baik secara visualisasi interior dan cara berjalan





Meskipun lampu bangunan tidak dinyalakan, ruangan berkapasitas 100 orang ini  tetap terang. Hal ini lagi-lagi  dikarenakan bagian facade mimbar dan pintu masuk menggunakan kaca dari lantai sampai langit-langitnya. Jadi cahaya yang masuk cukup terang bagi orang yang datang untuk berjalan dan melakukan kegiatan berdoa di dalamnya.


Saat ngiseng menyusuri plafon dari atas sampai ke dindingnya, gue menemukan hal yang unik dari bangunan ini. Ternyata bentuk atapnya yang melingkar itu enggak hanya berguna bagi akustik aja.  Saat disusuri bagian atap yang menurun dan bertemu ke dinding,ternyata terdapat celah di balik dinding. Celahnya itu berfungsi untuk keluar masuknya udara, alias menjadi jalur sirkulasi udara alami. Kira-kita sketsa ngasalnya kayak gini lah:


Selain itu, kalau kita perhatikan lagi bagian dinding bangunan ditempelkan lampu tl sehingga nanti bisa digunakan untuk indirect light sepanjang jalur tangga di pinggir ruangan.



Lampu TL yang tersembunyi di dinding bangunan dan celah sirkulasi udara alami :)

Menurut gue sih ini cara  di atas  untuk menyembunyikan utilitas bangunan sungguh pintar. Jadi,meskipun dindingnya terlihat benar-benar tertutup,namun sebenarnya terdapat bagian terbuka untuk sirkulasi udara dan pencahayaan.

Untuk pencahayaan utama ruangnya selain yang tersembunyi di dinding, juga ada indirect light yang terdapat di tengah plafon. Ketika lampu dinyalakan,makin terekpos deh tekstur dan bentuk plafon kayu ini.  Selain itu, terdapat juga lampu sorot yang menggantung di sisi rangka atapnya. Lampu sorot ini berfungsi untuk menyorot Patung Yesus yang terletak di tengah mimbar yang menjadi fokus dari bangunan ini:)


Di bawah ini adalah foto lighting saat semua lampu di plafon dan di dinding dinyalakan.Timbul suasana hangat,lembut, dan mengayomi:


Photo by: Ray Sugiharto

Kalau kita mengeksplor, di samping pintu masuk terdapat tangga. Tangga ini akan membawa kita ke Columnbarium. Enggak ada apa-apa di sini.Hanya ada ruangan terbuka berisi kolom-kolom. Kolom-kolom ini berfungsi menopang bangunan kapel yang berdiri di atasnya. Ruangan ini juga bisa jadi shortcut dari kapel menuju ke halaman belakang.



Pemandangan dari halaman  Kapel. Keren ya :D Yang ketutup awan itu adalah Gunung Lokon.

 

Another pics:


Tidak jauh dari Kapel, berdiri sebuah amphiteater. Too bad, karena waktunya mepet, gue cuma sempet lihat sebentar. Enggak nganalisis banget. Hahaha



photo source: Ray Sugiharto

Kalau gue dapet kesempatan pulang kampung lagi, jelas gue sangat ingin mengunjungi tempat ini lagi. Karena aktivitas yang ditawarkan juga banyak.

Nah, jika ada yang lagi mau berwisata ke Manado, termasuk wisata rohani, gue sungguh merekomendasikan tempat ini.


Photo Credits: unless I wrote "Photo source"on its caption, all photos are taken with my CANON EOS 100D

For more information about this place,visit: http://www.mahawupilgrim.com/

No comments:

Post a Comment