Monday, October 24, 2011

Joan Loves.... Love, Hate & Hocus-Pocus

Sebenernya topik ini ingin gue post besok aja,tapi urrgghh hari ini lagi bete banget gara-gara nungguin taksi yang kosong udah kayak nungguin datangnya jodoh. LAMAAAAAAA banget!!! Jadi sebagai pelampiasan supaya enggak marah-marah terus, gue memilih membahas hal yang berhasil bikin gue ngakak dan hal itu adalah LOVE, HATE, & HOCUS-POCUS(LHHP),karangan Karla M. Nashar.



Dari awal gue melihat buku ini (which was bertahun-tahun yang lalu) gue rada malas membacanya. Gue agak ragu sama tema yang punya perpaduan 'fantasy' tapi yang membuat adalah orang sini. Takut norak aja. Bagi gue orang yang paling jago membuat love story with 'fantasy' twist adalah Alexandra Potter (pengarangnya Me & Mr. Darcy, Who's That Girl, dst).


Pas dicetak ulang pun gue juga enggak punya niat beli. Habis  saat itu gue udah baca 'Bella Amore' dan 'Ti Amo, Tia Amoria(TATA)'. Dua-duanya depannya aja yang bikin ngakak, tapi belakangnya ngajak sedih.


Tetapi semuanya berubah ketika gue membaca review dari @Silphee tentang buku ini. Sepertinya lumayan buat dijadiin hiburan. Akhirnya, gue pun menodong @Silphee supaya meminjamkan LHHP ke gue. (*maap ya, Sil, gue lupa bawa novelnya)


The story goes like this:


HATE at first sight. Itulah definisi yang tepat untuk menggambarkan Troy Mardian dan Gadis Parasayu. Mereka partner kerja yang dinamis---sedinamis gejolak permusuhan yang terus meletup di antara mereka berdua.

Menurut Gadis, Troy Mardian adalah contoh sempurna tipe manusia yang tercabut dari akarnya. Jelas-jelas asli Indonesia, kok pakai bertingkah ala bule? Rambut dicokelatin, ngomong selalu pakai Inggris, barang-barang harus designer label, dan mati-matian mempertahankan imej metroseksual biar tetap bisa menyandang gelar The Most Eligible Bachelor in Indonesia yang dijuarainya berturut-turut pada sebuah kontes nasional. Makanya dia rada males ketika ia dipindahkan ke Jakarta,tetapi harus bekerja sama dengan Troy.

Sedangkan menurut Troy, Gadis Parasayu (atau Paras Ayu) adalah nama terkonyol yang pernah didengarnya. Di Amerika tempat Troy dibesarkan, nggak ada orangtua yang cukup gila menamai anak mereka dengan Beautiful Face Girl. Narsis sekali! Okelah, wajahnya memang eksotis plus lekuk bodi bak JLo, tapi masa sih doyan banget pakai merek lokal? So nggak kosmopolitan deh!

Hanya satu persamaan mereka. Sama-sama nggak percaya dengan yang namanya hocus-pocus, ramal-meramal, paranormal, astrologi, kartu tarot, feng shui, atau apa pun sebutannya yang berhubungan dengan dunia pernujuman. Karena itu, mereka berdua menertawakan 'speech' seorang wanita gipsi di acara ulang tahun perusahaan.

Lalu apa yang terjadi saat mereka terbangun pada suatu Minggu pagi cerah, dan mendapati diri mereka berada di ranjang yang sama dalam kondisi bak Adam dan Hawa saat pertama kali terdepak dari Firdaus---bugil, plus cincin kawin yang melingkari jari manis masing-masing, serta sepotong memori kabur tentang pernikahan yang mereka lakukan tiga belas hari yang lalu?!


MY THOUGHTS


HILARIOUS.


Beneran! Ini salah satu novel yang saking lucunya, gue enggak pingin melepaskan buku ini sebelum gue menyelesaikannya. Alhasil, cuma butuh satu setengah jam untuk menamatkan buku ini.


Dari segi plot cerita memang udah sangat umum banget : "Dari benci jadi cinta", tapi gue sih fine-fine aja. Justru tipikal plot ini adalah  salah satu yang paling enak supaya dibikin unsur kocaknya. And Karla did it greatly.


Mengenai tokoh-tokohnya, jelas gue suka sama Gadis karena dia cewek nasionalis. Gue yakin gaji jabatannya dia gede, tapi itu enggak membuat dia suka menjebol kartu kreditnya demi membeli branded things from Europe atau sejenisnya. Justru dia lebih bangga memakai barang lokal.


Untuk Troy, he's okay, but not great enough untuk membuat gue galau.  Dengan titlenya sebagai the most eligible bachelor with bright brain, gue merasa dia terlalu nyebelin dan enggak ada pantes-pantesnya buat digalauin. Enggak, gue enggak masalah  saat dia mengajak ngobrol mobil Blue-Jag miliknya dengan mesra dan panggilan sayang. It's a normal thing for boys. Gue juga masih terima kalau kerjaannya Troy ngomong pakai bahasa Ingriiiiisss melulu. Itu juga normal untuk orang yang mungkin sempet lama tinggal di US. , but still I can't... Let's see, how do I describe my feelings for him? Hmm...


Troy membuat gue pengen nyeret dia jalan kaki dari Kober sampai Margo City di siang bolong, terus gue ceburin ke Danau UI biar lengkap basah kuyupnya. Why? Because I love to watch how histerical he will be after having contact with smelly odor, heat of sun, dust attack from the street,and billions of microbes from the lake.  Beneran ye, gue enggak tahan banget sama tingkah laku cowok ini. High Maintanance sekali, sok 'higienis' dan metroseksualnya enggak ketulungan. Coba dong, dandannya si Troy itu lebih lama dari cewek. Troy juga yang 'histeris' saking kepanasan di rumah konsumer yang anaknya sakit.  Enggak ada cool-coolnya. Untung aja tuh, dia sedikit bertobat saat mendekati ending.


Satu hal lagi yang gue suka dari LHHP adalah endingnya. Kalau Bella Amore sama TATA pada akhirnya rada menye-menye sedih, LHHP menye-menye lucu. Banyak orang yang menganggap akhirnya rada gantung. Menurut gue justru ending LHHP tuh pas,a.k.a memberikan twist yang seru. Twist itu pula yang menambah kekocakan LHHP.  Gue juga enggak merasa kalau buku ini butuh sekuel karena akhirnya sudah jelas, mereka berdua pasti ujung-ujungnya juga jadian. Ya udahlah, leave it to reader's imagination aja.


To sum up, bagi yang ingin bacaan ringan, simpel, cepet selesai, tapi sangat kocak, this book is for you ;)


No comments:

Post a Comment